LOVE YOU [CHAPTER 2]

Author: S.Y.M

Title: LOVE YOU …

Length: marriage life, Romance, Angst.

Genre: G

Cast: – Jung Sooyeon- Xi Luhan

Other Cast:

Jia MISS A= kakak Luhan

Yogeun = Gaozhan

Hy…. ini seharusnya jadi preview saja,,, sebenernya masih pengen bikin yang lebih detail di chapter ini, tapi lagi-lagi ini tangan lagi gatel pengen ngepost aja… karena ini udah akhir bulan dan pasti aku akan sibbuuukkk banget….dan lagi-lagi aku butuh COMMENT… biar aku tambah ngefeel buat FF ini so berkomentarlah.

Sorry for typo and Enjoy it

____________________________________

“Aku bisa menyayanginya seperti anakku sendiri, yang aku khawatirkan adalah, bagaimana dengan hatimu?”

“Entahlah..”

 

.

“Bagaimana keadaan Jessica? Apa dia tahu apa yang terjadi di JEASIN?”

“Kita bisa bertahan sampai dia kembali lagi ke JEASIN, yang terpenting adalah,,, apa yang harus kita lakukan untuk JEASIN dan saat dia kembali semuanya akan tetap menjadi milikku”

.

.

Aku harus pastikan Jessica tetap aman, jadi kumohon jagalah dia”

Laki-laki itu terdiam, ia masih mengaduk secangkir kopinya. Lalu ia mendongak dan memberikan senyuman sinisnya.

“Jangan berharap terlalu banyak padaku”

.

.

_______________________________

“Kyaa….. Hya….pergi kau Lamboorrraaaa….”

“Mommy…. “

“Daddy…”

Sooyeon berusaha membuka matanya, ia melihat jam alarm digital di meja kecil sampingnya.

Oh tidak! Pukul setengah 3 pagi

Sooyeon beranjak dari tempat tidurnya dengan sedikit malas, yang benar saja ia harus terbangun di jam sepagi ini.

“Mommyy!!!!”

Teriakan terakhir itu membuatnya membuka lebar matanya.

“Gao?”  spontan ia berlari ke arah sumber suara itu, ia berlari ke kamar Gaozhan yang berjarak 1 ruang dengannya.

.

Sooyeon menghela nafas lega, putranya kini telah memeluk dirinya dengan tenang, ia kembali tertidur setelah membuatnya tergopoh ke kamarnya.

Luhan terhenyak ketika melihat Gaozhan sudah tenang dan memeluk Sooyeon. Ia berada di ruang kerjanya dan ia tidak mendengar dari awal Gaozhan berteriak memanggilnya.

Sooyeon yang menyadari kehadiran Luhan, melemparkan senyum padanya.

“Lihatlah,,, dia sangat lucu. Jika saja aku tidak hilang ingatan, pastilah dia yang paling aku rindukan ketika aku tidak sadarkan diri, oohhh dia seperti penyemangat hidupku”  ucap Sooyeon sedikit berbisik pada Luhan.

Namja itu hanya tersenyum simpul lalu mendekati Sooyeon dan membelai rambut putanya itu.

“Dia selalu seperti ini jika ia sudah bermain larut malam, dia akan bermimpi seolah-olah dia sedang berhadapan dengan musuh-musuhnya di Gamenya” Jelas Luhan.

Sooyeon mengangkat kedua alisnya lalu bibir mungilnya membentuk huruf O , kali ini menurut Luhan,  Sooyeon lah yang terlihat lucu. Matanya jelas tidak terlepas dari Sooyeon yang saat ini sedang meniup lembut puncak kepala Gaozhan, memberikan sensasi lembut agar Gaozhan tetap terlelap dalam tidurnya. Ia membelai-belai rambut putranya itu, Sooyeon mencurahkan semua kasih sayangnya dengan membelai puncak kepala Gaozhan sambil sesekali tersenyum gemas melihat wajah polos putranya saat tidur.

.

.

“Luhan…Luhan… Luhan..”

Hfuuuuuuhhhhh

Luhan sontak membuka matanya, baru saja ia merasakan ada seseorang yang meniup telinga dan tengkuknya, sensasi geli yang seketika membuatnya harus terbangun dari tidurnya. Diedarkan pandangannya pada sosok yang sedang membungkuk melihatnya dengan seksama dan tersenyum manis. Ia masih dalam posisi yang sama, hanya saja matanya masih menerawang siapa yang ada di hadapannya, kenapa ada sosok seperti bidadari muncul di depannya? Apa dia yang meniup telinga dan tengkuknya?

Sosok berambut panjang itu terkena sinar lembut dan tersenyum manis, matanya yang menyipit membuatnya semakin terlihat manis.

“Luhan! …. Irona ppalliwa!” sosok itu mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Luhan. Luhan membuka lebar matanya, Oh tidak! Dia bukan bidadari. Dia Sooyeon, istrinya.

“Ah… jam berapa sekarang?” Luhan segera mengalihkan pandangannya, ia mencari cari letak jam dinding di ruangan itu.

“Bangunlah atau kau akan terlambat mengantarkan Gao ke sekolah”  Sooyeon mengulurkan tangannya.

Luhan masih menatap tangan mungil yang ingin membantunya untuk bangun itu. Rasanya ia masih belum bisa benar-benar tersadar, entah apa yang ia impikan tapi jelas ia belum bisa sadar sepenuhnya.

“Mommyyy!”

Luhan hendak meraih tangan itu namun detik berikutnya tangan mungil itu sudah tak lagi didepannya.

“Aku harus membantu Gao, cepatlah mandi dan sarapan” Sooyeon tergopoh meninggalkan Luhan. Gaozhan tidak akan berhenti berteriak sebelum Sooyeon datang.

”Daddyyy!!! WAKE UP PLEASE! !”  teriak Gaozhan selanjutnya.

Ya, kali ini dia harus benar-benar bangun, putranya itu sudah berteriak kesana kemari.

_

____

“Usssddd!” Sooyeon berusaha membuat putranya itu berhenti berteriak.

“Wae Mommy? Daddy harus bangun”

“Dia sudah bangun, dan Mommy pastikan 10 menit lagi dia akan ada disini”

“Jeongmal? Mommy bisa sulap”

Sooyeon tersenyum kecil, sepertinya ada yang salah dengan kalimatnya, kenapa Gaozhan bertanya ia bisa sulap?

“Owhh…sulap ya?” Sooyeon sadar baru saja ia memastikan sesuatu pada Gaozhan, ia harus belajar berhati-hati dengan kalimatnya, Gaozhan adalah tipe anak yang sangat teliti dengan setiap kalimat yang ia dengar.

“Mommy bilang, 10 menit lagi Daddy akan ada disini, apa Mommy bisa sulap? Mommy bisa membuat Daddy ada disini dan disana dan kapanpun Mommy mau?”

Sooyeon mengangkat sebelah alisnya, Oh tidak… ini sebuah curahan hati anak kecil yang selalu ingin ditemani Daddynya dimanapun dan kapanpun ia mau.

“Emhh… Mommy akan tunjukkan tapi kau harus habiskan sarapanmu, jika Mommy bilang Daddy ada disini, dia akan ada disini!”

“Jeongmal?” Gaozhan semakin bersemangat

Sooyeon mengangguk kecil dan sedikit memaksakan diri, sebenarnya ia ragu, sedetik kemudian ia menyesali kata-katanya, tidak seharusnya ia mengatakan itu pada Gaozhan, bagaimana jika itu tidak sesuai dengan apa yang ia katakan.

“E’EM… cepat habiskan sarapanmu, Mommy akan membuat Daddy ada disini”

Gaozhan mengangguk semangat, ia melahap satu persatu potongan sandwich yang telah ia siapkan di piringnya.

Sooyeon melirik pintu kamar Luhan, berharap Luhan segera sadar pukul berapa sekarang agar ia segera turun.

“Mommy, aku harus menunggu 5 menit lagi bukan? Apa bisa lebih cepat?”

Sooyeon tersenyum, ia masih menatap pintu kamar Luhan. Lalu ia menundukan kepalanya.

“Mommy tidak mengucapkan mantra? Bukankah sulap harus ada mantra?”

Mantra ya?

Sooyeon tersenyum, lalu ia menggerakkan mulutnya untuk mengucapkan sebuah kalimat yang disebut mantra oleh putranya.

“ hana, dul, set, datanglah” ucap Sooyeon lirih. Ia berharap ia tidak mengulangi kalimat itu untuk kesekian kalinya sampai Luhan datang ke meja makan.

Sooyeon menatap Gaozhan yang menunggu reaksi dari kalimat yang disebut mantra olehnya.

Apa mantraku tidak berhasil? Aku membodohi anak kecil… oachhhh

Sooyeon menghela nafas, sepertinya ia harus mengucap kalimat itu lagi.

Ekspresi Gaozhan berubah seketika saat Sooyeon hendak mengucap kalimat itu lagi.

“Mommyy!” ucap Gaozhan sedikit berteriak.

“Selamat pagi jagoan, kau sudah menyelesaikan sarapanmu?”

Sooyeon sontak menoleh ke sumber suara itu, Oh… selamatlah… Luhan datang tepat waktu.

Luhan menatap Sooyeon aneh, karena Sooyeon kini sedang terpaku menatapnya, seolah Sooyeon barusaja menemukan seseorang yang lama tidak ia jumpai.

“Ada yang salah?”

“Ahhh any” Sooyeon segera membuyarkan pandangannya pada Luhan, lalu ia meraih piring didepannya, dan mengisinya dengan sandwich buatannya.

“Selamat makan” ucapnya pada Luhan.

“Mommy daebak!” ucap Gaozhan

Sooyeon tersenyum, sekarang ia berharap Gaozhan tidak menceritakan kalimat yang ia sebut mantra tadi di depan Luhan

“Daddy tahu? Mommy baru saja membaca mantra dan membuat Daddy cepat datang kepada kami!”

Ya mantra… aku membodohi anak kecil..

Luhan berhenti memakan Sandwichnya, lalu beralih pada Gaozhan.

“Jinja?”

“E’emh… Mommy mengucapkan mantra…hana, dul set datanglah, dan Daddy datang, Mommy bisa memanggil Daddy kapanpun ia mau”

“Benarkah?” kini pertanyaan itu beralih pada Sooyeon.

Sooyeon tersenyum simpul dan sedikit terpaksa. “Kau tahu itu hanya sebuah kebetulan” jelas Sooyeon.

“Mungkin saja….tidak, mungkin saja aku datang karena panggilanmu”

Sooyeon menatap Luhan bingung, oh ayolah Luhan…. Jangan meledekku jangan membuat Gao semakin percaya dengan mantra bodoh itu.

“Mungkin saja juga kebetulan, tapi bukankah keajaiban itu ada?” Luhan tersenyum lalu melanjutkan sarapannya. Sedangkan Sooyeon hanya tersenyum simpul.

Kalimatnya sulit dimengerti.

_______________________________________***______________________________________

.

.

.

Hana, dul, set, datanglah”

Luhan terlihat meletakkan tubuh Sooyeon pada tempat tidurnya, ia memandangi wajah istrinya itu. Ini sudah kesekian kalinya Sooyeon pingsan karena sakit di kepalanya. Sudah 2 hari ini Luhan selalu memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa kesehatan Sooyeon. Ia meletakkan kantong plastic yang berisi obat penenang untuk Sooyeon.

Dokter sudah menjelaskan tentang kemungkinan yang akan terjadi pada Sooyeon, tentang ingatan yang seharusnya segera ia bangun pada diri Sooyeon atau membuat Sooyeon harus kehilangan semua memori  masa lalunya.

Ia memandangi istrinya itu. Terbesit rasa iba pada Sooyeon. Tidak seharusnya Sooyeon mengalami nasib seperti ini, namun apa yang bisa ia lakukan untuk Sooyeon? Mengembalikan ingatannya? Sepertinya itu yang harus ia lakukan. Namun itu semua harus Sooyeon yang memulai. Sedangkan saat Sooyeon mulai mengingat satu persatu puzzle ingatannya, mungkin ia yang harus lebih khawatir.

Luhan meletakkan satu persatu obat pada piring kecil agar Sooyeon dengan mudah meminumnya ketika sadar nanti. Setelah selesai dengan obatnya, Luhan meraih Smartphone silvernya. Ia harus memberitahu sekretarisnya untuk bisa menggantikannya sementara waktu saat ia tidak bisa pergi bekerja.

“Aku harus menjadi bapak rumah tangga sementara waktu, aku percayakan kantor padamu” sambungan itu terputus ketika Luhan melihat Sooyeon bergerak dari tidurnya.

Ia mulai menggerakkan tangan dan matanya. Mata itu perlahan terbuka dan menjelajahi sekitarnya sampai akhirnya menemukan sosok Luhan yang berjalan mendekatinya.

“Kau sadar?” Luhan tersenyum pada Sooyeon. Lalu tangan itu perlahan tanpa sadar menyentuh puncak kepala Sooyeon.

Namun sedetik kemudian Sooyeon menepis tangan Luhan. Ia menatap Luhan tajam, seolah ia baru mengenal Luhan. Dan mungkin ia berfikir Luhan akan berbuat buruk padanya. Dia melihat Luhan dengan mata penuh ketakutan dan kemarahan.

“Gwenchana?” tanya Luhan lembut. Ia masih berusaha untuk mendekati Sooyeon

Sooyeon masih menatapnya tajam, sedangkan Luhan berharap Sooyeon segera sadar dengan keadaannya saat ini.

“Nuguseyo?” tanya Sooyeon lirih dan sontak membuat Luhan lemas karena pertanyaan itu.

Jung Sooyeon

.

Sooyeon masih menatap tajam dua sosok yang ada di depannya saat ini, satu diantaranya adalah seorang dokter yang sedang memeriksa keadaanya, sedangkan satu lagi yang ia tidak tahu namanya itu sedang memperhatikannya dengan tatapan khawatir.

Beberapa kali Sooyeon berusaha mengingat siapa mereka namun ia menyerah karena sama sekali ia tidak mengingat apa yang terjadi sehingga ia bisa bersama dengan orang-orang ini.

“Luhan, kita perlu bicara” kata dokter itu kepada Luhan.

Luhan? Aku pernah mendengarnya… tapi dimana?

Luhan mengangguk dan mengikuti sang dokter keluar kamar itu, sedangkan Sooyeon mengacak rambutnya frustasi. Hingga rasa nyerinya kembali, kepalanya kembali nyeri… sangat nyeri..

“Uhhhhkk…” Sooyeon meringkuk, dan  memegangi kepalanya, menahan betapa sakitnya ketika kepala itu seperti dipukul oleh palu besar dengan berat beberapa kilo itu.

.

.

Luhan terdiam, apa yang dijelaskan oleh dokter kali ini sungguh rumit baginya. Kenapa Sooyeon kembali tidak mengingat dirinya? Itu semua karena Sooyeon memaksakan ingatannya. Ia memaksakan diri untuk mengingat bagaimana dirinya dulu. Akibatnya syaraf di otaknya yang masih sangat lemah untuk usaha keras itu, membuatnya kembali seperti saat ia baru saja sadar dari komanya, ia tidak tahu apa-apa dan menjadi linglung.

“Aaggghhhtt…” Luhan segera membungkukkan setengah badannya setelah ia rasa penjelasan dari sang dokter sudah cukup, lalu ia segera berlari ke kamar Sooyeon. Sooyeon sedang meringkuk di tempat tidurnya dan memegangi kepalanya, rambutnya acak-acakan, ia menjambak sendiri rambutnya.

Luhan segera memegang lengan Sooyeon. Ia memeluknya, lalu sang dokterpun memberinya suntikan agar ia bisa tenang.

“Sa_kkiiiit” bahkan suaranya itupun tertahan.

Luhan masih memeluknya, ia ikut berbaring di tempat tidur, mendekapnya dari belakang, menahan kedua tangannya agar Sooyeon tidak memberontak.

“Biarkan dia istirahat” sang dokterpun selesai dengan suntikannya.

Ia membereskan barang-barangnya ke dalam tas, dan meninggalkan satu resep lagi pada di atas meja.

“ Ingatannya masih labil, ia mungkin akan kembali mengingatmu, namun jika ia memaksakan diri, ia akan kembali seperti ini. Ia hanya perlu menemukan masalalu seperti apa yang ingin ia ingat. Dan jika ia gagal… resiko itu harus kami ambil”

Luhan mengerti. Ia mengangguk paham. Dan dokter itupun berpamitan untuk pergi setelah tugasnya selesai.

Sedangkan Luhan… ia mengambil nafas dalam. Ia masih memeluk Sooyeon di tempat tidur itu. Perlahan nafas Sooyeon mulai beraturan, itu tandanya Sooyeon sudah tenang. Perlahan Luhan melepaskan pelukannya, ia sedikit mengangkat kepala Sooyeon, membenarkan posisinya dan sedikit membebaskan lengannya yang tertindih tubuh Sooyeon.

Iba, itulah yang ia rasakan. Ia menyentuh puncak kepala Sooyeon, disilakkannya rambut panjang kecoklatan itu. Pipinya lebih tirus, matanya juga tak sebening dulu. Jika seperti ini ia menjadi merasa bersalah, karena tidak merawat Sooyeon dengan baik. Jika ibunya berkunjung ia pasti mendapat omelan karena Sooyeon yang semakin kurus dan terlihat tidak terurus.

“Mommy…” suara lirih itu bersumber dari anak kecil yang berdiri di pintu kamar Sooyeon. Sudah pasti itu adalah Gaozhan. Anak kecil itu ternyata sudah sampai di rumah.

Ia membalik tubuhnya dan menjemput putranya yang hanya berdiri kaku itu.

“Kau bersama siapa?”

“Apa mommy sudah baikan? Neomu Bogoshippo” sungguh menggemaskan jika anak kecil ini yang mengucapkan kalimat itu. Di wajahnya tersirat kekhawatiran, namun itu membuatnya semakin terlihat lucu dan menggemaskan.

“Dia harus istirahat, tentu saja dia baik-baik saja” Luhan mencium pipi Gaozhan.

“Kau harus istirahat juga” Luhan merayu Gaozhan.

“Shireo! “ Gaozhan mengerucutkan bibirnya, dan seketika Luhan sedikit terkesiap, darimana anak kecil ini mendapat ekspresi yang menggemaskan seperti ini? Dengan mengerucutkan bibirnya seperti ini ia semakin lucu.

“Owwhhh anak ayah… kau sudah mulai bandel?” Luhan mencubit hidung Gaozhan.

“I miss her Dad”

Luhan tersenyum simpul, ia harus mengalah kali ini.

“Ayolah Luhan… kau tega membuat anak mu sendiri merindukan mommynya seperti itu?” dan benar Jia lah yang membawa Gaozhan pulang ke rumah. Sementara Luhan masih bersikeras untuk membiarkan Gaozhan tetap di rumah neneknya selama Sooyeon masih dalam perawatan.

“Baiklah!” dan Luhan membawa putranya itu mendekati tempat tidur Sooyeon. Dengan girang Gaozhan menaiki tempat tidur yang lumayan tinggi untuknya. Dan bertaburan memeluk Sooyeon yang tertidur.

“Jangan membuat mommy mu bangun okey?”

“Okey Dad” Gaozhan menunjukkan ibu jarinya. Lalu ia memeluk tubuh Sooyeon. Ia menenggelamkan kepalanya diantara lengan Sooyeon dan memejamkan matanya. Sungguh menggemaskan.

“Lihatlah, bukankah dia sangat bahagia bersama Mommynya?”

Luhan melirik Jia, dan kini ia menarik lengan Jia untuk keluar dari kamar Sooyeon.

“Hyah… Xi Luhan”

CKLEK

Luhan menutup pintu itu dengan hati-hati. Ia kembali menggiring Jia untuk menjauh dari depan kamar.

“Kita harus bicara”

“ ada apa? Apa kondisi Sooyeon memburuk?”

“Mungkin”

“Ayolah Luhan… ceritakan padaku” Jia memohon

“Ini rumit, kita harus lihat hasilnya setelah ia sadar, kondisinya sangat Labil dan aku tidak bisa mendeskripsikan kondisinya seperti apa, apa aku harus meminta ibu untuk menemaninya di rumah?”

“Ibu tidak akan keberatan”

“Jangan sering berkunjung jika kau membuat kekacauan”

“Hya!!! “

PLETAK Seketika Jia menjitak kepala adiknya itu

“Kau pikir aku siapa? Selalu membuat kekacauan? Aku menyayangi dia” Jia mendelik dan memukul kepala Luhan lagi

“Jangan memukul kepalaku? Kau tahu kepalaku ini sangat berharga” Luhan meringis kesakitan

“Kau yang terlalu khawatir”

“Aku harap dia baik-baik saja, “ ucap Luhan lirih, kali ini wajahnya lebih serius.

Tidak dipungkiri bahwa Luhan pun khawatir dengan keadaan Sooyeon, bagaimana nantinya saat Sooyeon bisa mengingat kembali? Bagaimana jika tiba-tiba ia mengingat bagaimana kehidupannya sebelum ia kecelakaan dan hilang ingatan seperti ini?

“Aku harap dia mema’afkanku” imbuhnya dan seketika Jia menatap haru adiknya itu. Kemudian ia memeluk adiknya. Ia harus memberi semangat pada Luhan.

“Mungkin kau perlu istirahat, dan meninggalkan urusan perusahaan sementara waktu” Jia melepas pelukannya.

“Aku tidak bisa, kau tahu perusahaan sedang dalam fase pemulihan. Masih banyak yang harus aku lakukan, sepeninggal Ayah.. semuanya kacau”

“Bagaimana jika, aku berhenti dari pekerjaanku dan membantumu di perusahaan?” Tawar Jia matanya melebar dan berbinar.

Namun berbeda dengan Luhan.

“ Aku tidak yakin akan hal itu, akutidak mau kau merengek untukkembali ke pekerjaanmu lagi setelah tahu apa yang terjadi di perusahaan”

Jia merengut. Ia memang tidak pernah mau ikut campur di perusahaan , ia sibuk dengan dunia fashionnya. Ia lebih suka menjadi seorang designer daripada ikut campur dengan keadaan perusahaan. Ia juga tidak tertarik sebagai seorang pewaris, ia selalu melimpahkannya pada Luhan. Dan ketika perusahaannya di bawah kendali salah satu Grup terbesar di Korea, ia barulah sedikit melirik dengan keadaan perusahaan. Karena ayahnya yang sangat tertekan, ayahnya selalu berusaha untuk merebut kembali saham yang telah dimiliki oleh JEASIN Group, ia masih dalam bagian dalam perusahaan namun saham dan ruang geraknya dibatasi oleh pihak JEASIN. Sampai pada akhirnya ia harus menghembuskan nafasnya sebelum sempat merebut kembali kendali perusahaannya. Semuanya di ambil alih oleh Luhan. Dan kali ini, saat ia kembali bisa merebut perusahaannya dan lepas dari JEASIN. Ia juga harus dihadapkan oleh kondisi Sooyeon yang menghawatirkan.

“Kami akan selau membantumu Luhan, jangan terlalu menghawatirkan Sooyeon, bukankah Gaozhan membutuhkannya?”

Luhan tersenyum, ia memang membutuhkan dukungan keluarganya.

“Mulailah semuanya dari awal” Jia menepuk pundak Luhan.

Sedangkan Luhan terdiam, Memulai dari awal?  Ia sedikit tersenyum. Bagaimana bisa dia memulai dari awal? Sooyeon, Perusahaan, dan semuanya yang membuatnya sakit kepala.

“aku menyayanginya seprti adikku sendiri, kau juga harus membuka matamu”

Luhan menunduk, saat ini ia menanyakan pada hatinya, bagaimana perasaannya pada Sooyeon?

“Aku tidak ingin membahasnya saat ini, pulanglah”

Jia merengut, adiknya tidak pernah bisa bersikap sopan padanya, dan ia gemar sekali mengusirnya.

“Baiklah… tapi biarkan aku berpamitan pada adik ipar dan keponakanku”

Jia berlari kecil dan membuka pintu kamar Sooyeon perlahan, ia tersenyum mendapati Gaozhan yang memeluk Sooyeon. Lalu ia mendekatinya dan mencium singkat puncak kepala Gaozhan.

“Semoga kau bahagia …Jung Sooyeon” Jia tersenyum

Jangan tanyakan lagi tentang perasaanku, aku benci memikirkan itu. Cukup kalian merasakan nyaman dan biarkan aku yang menanggungnya”

 

TBC

13 thoughts on “LOVE YOU [CHAPTER 2]

  1. Jung Clara says:

    Jgn2 luhan d sruh sma ibu nya jessica…jd perushaan mrk bsa lepas….wew klw jessica tau psti dy kcwa bgd…tp thor…yg aq bngung…istri sbnr nya luhan spa???hehehe…luhan emg kgk sopan nie…kasian msa ngusir orng mlu…d tnggu thor nxt nya…

  2. N0vi says:

    Auth0r daebak,, chap ini feelnya dpt bnget. . . Luhan bner”hrus krja keras bwt ngerawat s0oyeon,,tp yg jd pertanyaannya sbnernya s0oyeon itu istrinya luhan apa bukan sich??
    Auth0r FIGHTING ne, ditunggu next chap-nya dan aksi gaozhan yg lucu hehehe. . .

  3. N0vi says:

    Yogeun yg jessica mnta supaya cium jessica bukan. . Anak kecil yg lucu itu yg diblg udah ambil first kiss-nya sica. .bner gak th0r??. .

  4. PiaChu says:

    Jessica bisa sulap(?)
    Kayanya Jessica bukan istrinya Luhan deh’-‘
    Tapi mereka bohongnya kompakan gitu ya’-‘
    dadah/? thor aku mau comment chap 3 /apaansi/ /abaikan/

  5. ryta zza says:

    sepertinya jessica bukan istri luhan yah? tapi kok luhan malah membohongi sica sebagai istrinya… anak kecil itu beneran menganggap sica sebagai ibunya atau d suruh berbohong juga?

Leave a reply to farahjaegirl Cancel reply